ORGANISASI DAN KARYAWAN MILENIAL
Peranan Karyawan Dalam Organisasi Perusahaan
Organisasi berasal dari kata organ (sebuah kata dalam bahasa Yunani) yang artinya alat atau bisa juga bagian yang mana organisasi ini juga memiliki multi peran yang bertujuan memenuhi keinginan berbagai pihak baik karyawan maupun pemilik dari organisasi perusahan tersebut.
Suatu organisasi baik pemerintah maupun organisasi bisnis di dalam menjalankan aktivitas membutuhkan berbagai jenis sumber daya seperti modal, bahan baku material, mesin dan tenaga kerja/keahlian (sumber daya manusia).
Karyawan memiliki andil di dalam mencapai tujuan perusahaan, baik melalui pertumbuhan laba maupun aset. Karyawan merupakan aset perusahaan yang tak ternilai harganya, terkadang banyak biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendidik atau memmbekali mereka agar bisa bekerja optimal untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Karyawan Milenial adalah karyawan yang masuk pada generasi yang lahir di antara tahun 1980an dan 2000an. Generasi milenial adalah generasi yang memiliki berbagai asumsi di kalangan masyarakat. Pekerja millennial sering dikenal sebagai para pekerja yang pemalas, suka hasil yang instan dan sulit untuk dimengerti. Budaya kerja milenial dianggap sangat berbeda dengan budaya kerja para generasi sebelumnya.
Generasi milenial atau generasi Y adalah kelompok orang yang berusia di antara 24 sampai 37 tahun. Sebuah jurnal organisasi global, Deloitte, menyatakan milenial menduduki posisi tertinggi dalam jumlah persentase dibandingkan dengan generasi pendahulunya.
Dengan angka 33,75 persen, generasi milenial bahkan mengalahkan generasi Z yang memiliki persentase 29,23 persen. Maka, sudah sewajarnya jika generasi ini akan mengambil alih generasi-generasi pendahulunya dalam beberapa tahun ke depan.
Oleh karena itu keberadaan karyawan khusunya karyawan Milenial ini harus dijaga oleh perusahaan jangan sampai membuat mereka tidak betah di dalam perusahaan dan akan membuat mereka pindah ke tempat yang lainnya. Banyak orang yang mau bekerja tetapi tidak banyak orang bisa bekerja sesuai dengan keinginandan tujuan perusahaan.
Peranan Pemimpin Dalam Organisasi
Seorang manajer (pemimpin) berkewajiban mempertahankan kedisiplinan dalam organisasi yang dipimpinnya. Sanksi dan ketegasan lainnya menjadi bagian yang harus dilihat sebagai konsekuensi menjadi seorang pegawai di suatu perusahaan.Bagi pihak perusahaan perlu menegakkan kebijakkan peraturan dengan konsisten karena seperti dikatan Robert L Mathis dan John H Jackson (2002:309) bahwa peraturan haruslah konsisten dengan kebijakan organisasi dan kebijakan haruslah konsisten dengan tujuan organisasi.
Kepemimpinan menurut Yukl (2009:8) adalah proses untuk mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Kerangka pencapaian tujuan ini di akomodasi dari misi dan visi perusahaan.
Peran pemimpin dalam meningkatkan kinerja karyawan merupakan salah satu kunci sukses bagi keberhasilan organisasi. Dalam meningkatkan kinerja karyawan sangat menentukan dalam mengarahkan sikap dan prilaku pribadi seseorang untuk dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan aturan untuk menunjang tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu pegawai sebagai sumber daya manusia dalam suatu organisasi harus dibina, diarahkan serta ditingkatkan kemampuannya untuk memperlancar tugas dan pekerjaannya. Selain itu juga menurut Yukl (2009:9) peran pemimpin dalam organisasi dapat mempengaruhi banyak hal salah satunya bisa memotivasi anggota untuk mencapai tujuan organisasi.
Motivasi merupakan proses psikologi yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada pencapaian tujuan atau goal-directed behavior (Kreitner dan Kinicki, 2001:205). Apabila pegawai mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan pribadinya maka mereka harus meningkatkan kinerja. Meningkatnya kinerja pegawai akan meningkatkan pula kinerja organisasi. Dengan demikian, meningkatnya motivasi pegawai akan meningkatkan kinerja individu, kelompok maupun organisasi (Wibowo, 2016:321).
Di dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, suatu organisasi perlu memperhatikan pemberian kompensasi yang merupakan balas jasa yang diberikan perusahaan kepada karyawannya baik bersifat keuangan maupun non keuangan (Kasmir,2016:233).
Setelah bekerja sekian waktu seseorang lalu berpikir bagaimana caranya untuk meningkatkan kompensasi yang diperolehnya, artinya dari waktu ke waktu harapannya adalah kompensasinya terus meningkat. Bahkan bukan tidak mungkin jika karwawan dan dosen mengharapkan perubahan kompensasi akan tetapi perusahaan tidak selalu dapat merealisasikannya sehingga akan menyebabkan adanya keinginan untuk pindah ke perusahaan lain yang menawarkan kompensasi yang lebih baik. Kalaupun ada yang bertahan tentu motivasi kerjanya akan lemah dan ini akan berdampak kepada kinerja yang cenderung akan menurun (Kasmir,2016:230).
Fungsi kompensasi dapat diartikan sebagai pemberian penghargaan yang adil dan layak kepada karyawan sebagai balas jasa kerja mereka. Pemberian kompensasi merupakan tugas yang paling kompleks dan juga merupakan salah satu aspek yang paling bearti bagi karyawan (Sunyoto, 2016:5).
Pemberian kompensasi adalah salah satu bentuk penghargaan kepada karyawan. Dengan penberian kompensasi yang sesuai dan wajar, karyawan akan merasa dihargai atas segala jerih payahnya. Dengan dihargai maka karyawan juga akan menghargai perusahaan dengan bekerja sebaik-baiknya atau dengan prestasi tinggi guna memajukan perusahaan (Kasmir, 2016:238).
Selain kompensasi, kedisiplinan juga merupakan salah satu faktor yang bisa menentukan keberhasilan suatu organisasi. Ada banyak defenisi kedisiplinan yang bisa ditemukan, namun hubungan kedisiplinan dengan kinerja dapat kita lihat pendapat dari Robert Bacal (2002:164) mengatakan bahwa “disiplin adalah sebuah proses yang digunakan untuk menghadapi permasalahan kinerja, proses ini melibatkan manajer (Pemimpin) dalam mengidentifikasikan dan mengkomunikasikan masalah-masalah kinerja kepada para karyawan” sedangkan menurut Hasibuan (2014:212) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan (organisasi) dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin kerja pegawai yang tinggi akan mampu mencapai efektifitas kerja yang maksimal dan mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas yang diberikan kepadanya.
Untuk mendapatkan kinerja yang baik dari para pegawai, suatu perusahaan atau perguruan tinggi harusterus melakukan pembenahan dan berusaha untuk mencari solusinya serta faktor-faktor apa yang mungkin dapat meningkatkan kinerja pegawai tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada mahasiswa.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut Simanjuntak (dalam Suparno, 2014:132), adalahKualitas dan kemampuan pegawai, Sarana pendukung, (upah/gaji, jaminan sosial, keamanan kerja), Supra sarana, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan pemerintah dan hubungan industrial manajemen. Sedangkan menurut Mathis dan Jacson (dalam Suparno, 2014:133), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja : adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi.
Ketersediaan sumber daya manusia yang terbatas dan berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, baik dari segi usia, tingkat pendidikan, tingkat kebutuhan atau motivasi perlu mendapatkan perhatian khusus dalam menangani atau mengelola sumber daya pegawai agar dapat menghasilkan kinerja pegawai yang diharapkan baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Menurut Umar (dalam Nawawi, 2013: 216-217), beberapa hal penting dari SDM yang perlu dievaluasi antara lain mengenai produktivitas kerja, kompensasi, motivasi kerja, kepuasan kerja pelatihan, pengembangan dan kepemimpinan serta disiplin kerja.
Karyawan Muda Era Milenial
Di era milenial sekarang, banyak karyawan yang usianya masih muda tidak begitu lama bekerja di suatu tempat, mereka cenderung mudah berhenti bekerja dan pindah atau mencari tempat lain, hal ini banyak bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
1. Tingkat kebutuhan hidup belum terlalu banyak sehingga masih menganggap pekerjaan sebagai sampingan
2. Belum merasa cocok di tempat bekerja sekarang sehingga perlu mencari sesuatu pekerjaan yang baru.
3. Ketertarikan informasi lowongan yang beredar di media sosial, sehingga tertarik untuk mencobanya.
4. Tidak tahan tekanan (pressing) yang ada di perusahaan sehingga mudah mengundurkan diri.
5. Kondisi keamanan dan kenyaman yang kurang mendukung, ini bisa berhubungan dengan kompensasi baik finansial maupun non-finansial.
Secara umum, karyawan muda dan atau Milenial ini memang lebih cekatan dan agresif di dalam mendalami dunia digital, mereka lebih melek dunia digital, lebih percaya teknologi tetapi banyak dari mereka kurang memiliki Attitude yang baik.
Generasi milenial sering menyeimbangkan dua sisi yaitu bekerja dan bermain. Setelah bekerja keras di kantor, sepulang bekerja mereka masih mencari suasana untuk bermain, bersantai/beristirahat, bertemu dengan keluarga dan atau teman-temannya. Mereka tidak mau lagi dipusingkan dengan masalah pekerjaan setelah diluar jam kantor. selain itu, generasi milenial memandang kontribusi dari seorang karyawan bukan dari lamanya waktu dia bekerja tetapi seberapa banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan atau beresnya pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Untuk itu, sebagai pimpinan atau manager harus bisa memberikan ruang gerak yang fleksibel atau tidak kaku bagi karyawannya untuk bekerja. Manager atau pimpinan dapat mendorong mereka untuk tetap bisa mengatur jadwal aktivitasnya, lebih berkreasi dan memotivasi untuk tetap rajin di dalam menyelesaikan pekerjaannya. ***
Tambahan informasi tentang organisasi dan karyawan Milenial
BalasHapusoke
BalasHapus